1. Apa bedanya majas paradoks, oksimoron, dan antitesis? Artikel pendukung
    • Paradoks = kontras situasi; dua pernyataan yang bertentangan dan sepintas tidak masuk akal. Contoh: Kawan bisa menjadi lawan.
    • Oksimoron = kontras makna; dua kata yang bertentangan. Contoh: perang saudara dan manis getir.
    • Antitesis = kontras ide; dua pernyataan yang bertentangan, tetapi masuk akal, biasanya dalam struktur paralel. Contoh: Kaya ilmu, miskin uang.
  2. Apa padanan kata yang tepat untuk intrusive thought?
    • Instrusive thought = pemikiran yang tidak diinginkan dan sering kali muncul secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas, misalnya tiba-tiba memikirkan kompor yang lupa dimatikan di rumah dapat meledak.
    • Padanannya cukup “pikiran intrusif” saja.
  3. Istilah bule itu berlaku untuk WNA ras Kaukasia saja atau semua WNA, termasuk ras non-Kaukasia?
    • Hanya orang kulit putih (orang Barat) karena bule atau bulai berarti ‘putih seluruh badannya’.
  4. Kalau “masuk” pasangannya “ke dalam” dan “turun” pasangannya “ke bawah”, apa pasangan “keluar”?
    • Pasangan verba “keluar” adalah frasa preposisional “ke luar”.
      • Ia keluar kelas.
      • Ia pergi ke luar kelas.
  5. Apa perbedaan antara “kata majemuk” dan “idiom”? Artikel pendukung
    • Idiom bagian dari kata majemuk. Idiom adalah kata majemuk yang memiliki arti berbeda dari unsur-unsur pembentuknya. Contoh: kata majemuk = kutu busuk; idiom = kutu buku.
  6. Penulisan NIP yang benar mana: NIP. (satu titik), N.I.P. (tiga titik), atau NIP (tanpa titik)? Artikel pendukung
    • NIP tanpa titik. Biasanya dibacanya seperti sebuah kata (nip), bukan “en-i-pe”.
  7. Konotasi berarti hanya nilai rasa, bukan makna yg sebenarnya?
    • Konotasi = makna tambahan. Makna sebenarnya ada, tetapi ditambah dan dapat berbeda antarindividu. Contoh: mati dan aku.
  8. Adakah kamus atau tesaurus untuk menemukan kata bahasa Indonesia yang jarang digunakan dan unik, misalnya hidu dan rudin?
  9. Bagaimana membedakan “di” yang dipisah, dan “di-” yang dirangkai? Artikel pendukung
    • Kata depan di yang dipisah menunjukkan tempat, misalnya ia bersembunyi di balik lemari.
    • Awalan di- yang digabung menunjukkan kata kerja pasif, misalnya pakaian dibalik agar cepat kering saat dijemur.
  10. Apa ada hukum tertentu untuk menentukan padanan kata? Artikel pendukung
    • Ada lima prinsip penerimaan padanan: makna tepat, bentuk singkat, bunyi enak, konotasi baik, bentuk sesuai.
  11. Apakah benar huruf “o” dalam bahasa Indonesia itu diganti “a” dalam kata serapan, “ridho” menjadi “rida”? Artikel pendukung
    • Ada bab “Penulisan Unsur Serapan” di EYD. Menurut pedoman itu, harakat fatah dalam bahasa Arab diserap menjadi “a”.
  12. Kesesuaian diksi dan ketepatan diksi sama atau beda?
    • Itu kriteria diksi menurut Pak Gorys Keraf:
      • kesesuaian = kecocokan konteks
      • ketepatan = kejelasan makna
  13. Apakah kontranim berlaku juga dalam bahasa Indonesia, misalnya sanction dalam bahasa Inggris?
    • Kontranim adalah kata yang memiliki makna bertentangan. Contoh bahasa Indonesia:
      • tinggal = tetap di tempat; pergi
      • haram = terlarang; suci
      • ringan tangan = suka membantu; suka memukul
      • usah = perlu; jangan
  14. Apakah tanda petik tunggal juga dapat mengapit kata bermakna khusus dalam kalimat langsung? Di EYD tidak tertera contoh untuk ini. Artikel pendukung
    • Bisa. Intinya, tanda petik dalam tanda petik diganti menjadi tanda petik tunggal.
  15. Bedanya kohesi sama koherensi di kalimat/paragraf itu seperti apa?
    • Kohesi = hubungan bentuk; koherensi = hubungan makna. Kohesi diatur dengan menggunakan unsur bahasa, seperti penghubung dan pengacuan. Koherensi diatur dengan menjaga ide yang sama.
  16. Apa bedanya penggunaan akhiran -an dan -kan? Artikel pendukung
    • Akhiran -an membentuk kata benda; -kan kata kerja. Contoh: masukan vs. (me)masukkan.
  17. Apakah kata slang pada penulisan cerpen harus diedit menjadi miring?
    • Secara umum iya. Namun, ada penerbit yang menerapkan gaya selingkung untuk tidak memiringkan kata slang pada dialog.
  18. Sebenarnya lebih tepat menggunakan “royal” atau “loyal” untuk sifat atau karakter seseorang yang setia pada lembaga atau organisasi?
    • Loyal. Royal = berlebihan; loyal = setia.
  19. Pengucapan “perbankan” (turunan dari “bank”) itu yang sesuai bagaimana? Artikel pendukung
    • Bank dan bang umumnya dianggap sebagai homofon. Kalau mau taat sekali, boleh saja mengucapkan kata itu dengan “per-bank-an”. Kebanyakan orang mengucapkannya “per-bang-kan” atau “per-ban-kan”.
  20. Apa istilah untuk typo dalam pengucapan?
    • Typo = salah tik (saltik). Untuk salah pengucapan, kita bisa pakai “salah ucap” (salcap) atau “selip lidah”.

Sumber Ivan Lanin, 2024, Apa Bedanya Paradoks, Oksimoron, dan Antitesis? [Diakses:: 2024-10-25]