Diakses: 2024-06-06 21:59
- Wawancara bersama Staf Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Widiyatmoko:
- ada 170 seismeter yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia serta jaringan internasional untuk mendeteksi gempa bumi
- Tahapan pengolahan informasi sampai ke masyarakat
- data dari seismeter diterima dan diolah di alat D1 Seimic Processing System (seiscomp3) → mendapatkan informasi terkait titik gempa dan besar getaran gempa bumi
- Hasil data seiscomp3 jika getaran melebihi Magnitudo 7 akan langsung terhubung ke alat D2 Back up Toast → diolah untuk mengetahui apakah guncangan tersebut berpotensi tsunami atau tidak
- Setelah hasil selesai, BMKG menginformasikan kejadian gempa bumi di suatu lokasi dan peringatan dini potensi tsunami di wilayah terdekat titik terjadinya gempa
- Jika hasil seiscomp3 dibawah M 7 atau M 5,5 maka pengolahan data cukup sampai seiscomp3 lalu diinformasikan ke masyarakat
- Guncangan yang skalanya dibawah M 5 akan langsung terhubung datanya ke D4 Dissemination System → Informasi ini akan langsung dipublikasikan terkait titik gempa dan skala angka guncangan
- Ketika sudah muncul informasi guncangan skala tinggi dan peringatan tsunami, pihak BMKG akan memantau alat bernama D5 Non Seismic Monitoring, alat ini terhubung dengan pemantau tsunami seperti tide gauge, buoy, atau GPS untuk mengukur ketinggian gelombang tsunami.
Sumber Farih Maulana, 2018, Mengintip Cara Kerja BMKG Mendeteksi Gempa sampai Tsunami